Awal Sebuah Perjalanan Keluarga
Bagi Pak Andi (55), Bu Rini (52), dan putri mereka, Zahra (23), perjalanan umroh plus dubai bukan sekadar liburan keluarga. Ini adalah perjalanan hati — sebuah momen penyatuan antara dunia, iman, dan cinta yang selama ini terpisah oleh kesibukan masing-masing.
Zahra, si anak Gen Z yang aktif di media sosial, awalnya cuma excited karena bakal ke Dubai. “Ayah, nanti aku mau foto di depan Burj Khalifa ya!” katanya semangat.
Sementara Pak Andi tersenyum sambil berkata pelan, “Silakan, Nak. Tapi jangan lupa, tujuan utama kita tetap Baitullah.”
Di sinilah kisah mereka dimulai — dari padang pasir yang glamor menuju tanah suci yang penuh berkah.
Dubai: Kota Mewah yang Penuh Pesona
Begitu pesawat mendarat di Bandara Internasional Dubai, Zahra langsung kagum. Bandara ini seperti dunia masa depan — semua serba digital, bersih, dan elegan.
Ia memotret setiap sudutnya, dari eskalator hingga spot musholla yang super nyaman. “Ayah, ini keren banget. Serasa di film futuristik!” katanya sambil tertawa.
Tapi buat Bu Rini, keindahan Dubai bukan cuma soal teknologinya. “Lihat, Yah,” ujarnya sambil menunjuk arsitektur masjid di tengah kota. “Mereka maju, tapi tetap pegang nilai Islam. Itulah yang membuatku kagum.”
Dan memang benar, di tengah megahnya gedung-gedung pencakar langit seperti Burj Khalifa dan Burj Al Arab, semangat Islam masih terasa.
Dari lantunan adzan yang menggema lembut hingga keramahan penduduknya — semua mengingatkan keluarga kecil itu bahwa kemajuan tak harus melupakan keimanan.
Pantai Jumeirah dan Pelajaran Tentang Waktu
Sore harinya, mereka berjalan di tepi Jumeirah Beach. Pasir putih dan air laut biru memantulkan cahaya senja yang menenangkan.
Pak Andi duduk di kursi kayu sambil menatap horizon. “Dulu, waktu Ayah muda, nggak pernah kebayang bisa ke sini,” ucapnya lirih.
Zahra yang duduk di sampingnya menatap wajah ayahnya, kini mulai beruban. “Tapi akhirnya bisa juga, Yah. Mungkin karena doa Ibu yang nggak pernah berhenti.”
Bu Rini tersenyum sambil menggenggam tangan suaminya. Di saat itu, mereka bertiga sadar: hidup berjalan cepat, dan waktu adalah anugerah.
Maka sebelum semuanya terlambat, mereka memilih perjalanan ini — bukan sekadar wisata, tapi pengingat tentang makna keluarga dan iman.
Sejarah Dubai yang Menginspirasi
Di hari kedua, mereka berkunjung ke Dubai Frame dan Museum of the Future. Pemandu wisata menjelaskan bagaimana kota ini dulu hanyalah padang pasir yang gersang, hingga akhirnya berubah menjadi pusat bisnis dan inovasi dunia.
“Bayangin, cuma butuh beberapa dekade buat Dubai jadi kayak sekarang,” kata Zahra kagum.
Pak Andi menimpali, “Itu karena mereka punya visi dan kerja keras. Sama kayak ibadah, Nak. Kalau niatnya kuat, hasilnya pasti luar biasa.”
Kata-kata itu melekat di hati Zahra. Ia sadar, selama ini dirinya sibuk mengejar dunia, tapi lupa membangun hubungan spiritual.
Dubai memberinya pelajaran: kemajuan sejati bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal hati yang tak pernah berhenti berdoa.
Umroh Plus Dubai Januari 2026: Perjalanan Dunia dan Akhirat
Program umroh plus dubai januari 2026 yang mereka pilih memang dirancang untuk memberi keseimbangan antara eksplorasi dan ibadah.
Selama tiga hari di Dubai, jamaah diajak menikmati kota modern ini sambil tetap menjaga niat untuk beribadah.
Setelah itu, rombongan melanjutkan penerbangan ke Madinah. Dari kota megah menuju kota Nabi ﷺ — transisi yang begitu lembut tapi mendalam.
Zahra menulis di jurnalnya:
“Dari Burj Khalifa ke Masjid Nabawi, aku belajar bahwa kemewahan sejati bukan dari cahaya lampu, tapi dari cahaya iman.”
Bandara Dubai: Gerbang ke Tanah Suci
Sebelum berangkat ke Jeddah, keluarga itu sempat beristirahat di Bandara Internasional Dubai. Tempatnya nyaman, tenang, dan dipenuhi jamaah dari berbagai negara.
Zahra melihat wajah-wajah penuh harap di sekelilingnya. Ada yang tersenyum, ada yang menangis haru.
Ia menatap kedua orang tuanya dan berkata pelan, “Terima kasih ya, Yah, Bu… udah ngajak aku ke perjalanan ini. Sekarang aku ngerti kenapa Umroh itu penting.”
Pak Andi tersenyum. “Alhamdulillah, Nak. Ayah cuma ingin kamu tahu, dunia ini indah, tapi akhirat lebih abadi.”
Bu Rini mengusap air mata bahagia. “Semoga ini jadi awal dari hijrah kecil kita.”
Menutup Perjalanan dengan Doa
Malam terakhir di Dubai, dari jendela hotel mereka bisa melihat lampu-lampu kota berkilauan. Tapi kali ini, mereka bertiga tidak sibuk memotret atau membuat vlog.
Mereka hanya duduk bersama, berdoa dalam diam.
“Ya Allah سبحانه وتعالى, jadikan perjalanan ini saksi cinta kami kepada-Mu,
dan kepada keluarga yang Engkau titipkan pada kami.”
Esok paginya, mereka berangkat menuju Makkah. Tak ada lagi kata-kata, hanya rasa syukur.
Karena kini mereka tahu: umroh plus dubai bukan sekadar perjalanan fisik, tapi perjalanan hati — dari dunia yang gemerlap menuju keabadian yang tenang.
Dan di sanalah, umroh plus dubai januari 2026 menjadi kenangan yang tak akan pernah pudar.
Bukan hanya bagi mereka bertiga, tapi bagi setiap jiwa yang pernah jatuh cinta pada ibadah dan keluarga di bawah langit Allah سبحانه وتعالى.